KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
WarahmatullahiWabarakatu. Alhamdulilahirabbilalamin segala puji bagi Allah SWT
yang telah menolong kami menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan,
tanpa pertolongan NYA mungkin penyusunan ini tidak akan sanggup
menyelesaikannya dengan baik.
Makalah ini disusun
agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang PERPUSTAKAAN, yang kami sajikan
berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun
dengan berbagai rintangan, baik itu yang datang dari penyusun maupun yang
datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan dari
Allah SWT akhirnya tugas ini dapat terselesaikan
Penyusun juga
mengucapkan terimakasih kepada guru Bahasa Inggris yang telah membimbing yaitu
Bapak Drs. Atang Suryana, M.Pd, kepada Orang tua dan teman-teman yang telah
memberikan dukungan kepada kami.
Semoga makalah ini
dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Walaupun makalah ini
mempunyai kelebihan dan kekurangan, penyusun mohon untuk kritik dan sarannya.
Terimakasih
Jatitujuh, 29 Febuari 2016
Penyusn
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“Buku adalah jendela dunia”, begitu kata pepatah.
Hal ini seakan merupakan sebuah penekanan mengenai pentingnya arti membaca bagi
manusia. Membaca pada hakikatnya merupakan kegiatan memperoleh informasi
melalui simbol-simbol tercetak yang tidak terbatas pada buku, tetapi juga
mencakup surat kabar, brosur, leaflet, papan nama, media elektronik, dan
lain-lain.
Kenyataan bahwa pada era informasi abad ini,
teknologi informasi dan komunikasi atau ICT (Information and Communication
Teclznology) telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan
global oleh kita karena itu setiap institusi termasuk perpustakaan berlomba
untuk mengintegrasikan “ICT” guna membangun dan memberdayakan civitas
akademikanya berbasis pengetahuan agar dapat bersaing dalam era global. Dalam
menyikapi perkembangan ICT pada era informasi tahun ini, Perpustakaan berbasis
teknologi informasi (komputerisasi) sangat di butuhkan.. Keberadaan
perpustakaan berbasis komputerisasidapat meningkatkan kualitas dan kecepatan
proses layanan pada pengguna perpustakaan sehingga dapat memperlancar proses
belajar-mengajar di lingkungan Sekolah. Selain itu sistem ini dapat
membantumanajemenperpustakaan serta dapat meningkatkan Efektifitas dan
efisiensi penatalaksanaan perpustakaan
Pustakawan berpotensi menjadi seorang manajer
informasi. Peranan baru itu mensyaratkan penguasaan berbagai macam
keterampilan, pengetahuan dan kemampuan. Dengan begitu, mereka dapat mengakses
dan menyebarkan informasi berbantuan komputer dan teknologi telekomunikasi dari
perpustakaannya. Salah satu pendekatan yang sangat mungkin dilakukan dalam hal
ini ialah dengan memanfaatkan teknologi internet. Pustakawan secara proaktif
dapat memperkenalkan perpustakaannya ke lingkungan sekolah, bisnis, institusi,
akademis dan masyarakat seluas-luasnya melalui situs web.
Sekarang bukan jamannya lagi mencari-cari buku dari
katalog kusam di perpustakaan. Peran Teknologi Informasi (TI) telah banyak
digunakan untuk memudahkan para pengguna perpustakaan menemukan buku
favoritnya. Dengan hanya mengetik judul buku atau nama pengarang pada layar
komputer, informasi mengenai posisi serta keberadaan buku yang kita cari pun
akan segera tersaji di layar komputer.
Perkembangan perpustakaan berbasis teknologi
informasi bagi pengelola perpustakaan dapat membantu pekerjaan di perpustakaan
melalui fungsi otomasi perpustakaan, sehingga proses pengelolaan perpustakaan
lebih efektif dan efisien. Fungsi otomasi perpustakaan menitikberatkan pada
bagaimana mengontrol sistem administrasi layanan secara otomatisl
terkomputerisasi. Sedangkan bagi pengguna dapat membantu mencari sumber
informasi yang diinginkan dengan menggunakan catalog on-line yang
dapat diakses melalui internet, sehingga pencarian informasidapat dilakukan
kapan dan dimanapun ia berada.
Idealnya, setiap perpustakaan memanfaatkan
kecanggihan teknologi informasi untuk mendukung pengelolaan koleksi
perpustakaan. Diperlukan beberapa perangkat untuk pengelolaan perpustakaan
berbasis Teknologi Informasi.
B. Perumusan Masalah
1. Apa tujuan meningkatkan minat baca di kalangan
pelajar?
2. Apa saja faktor yang mempengaruhi menurunnya
minat baca di kalangan pelajar?
3. Bagaimana cara meningkatkan minat baca di
kalangan pelajar?
4. Apa manfaat meningkatkan minat baca di kalangan
pelajar?
C. Maksud dan Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai penulis adalah:
1. Menjelaskan tujuan meningkatkan minat baca di
kalangan pelajar.
2. Mendeskripsikan faktor penyebab menurunnya minat
baca di kalangan pelajar.
3. Menjelaskan cara-cara meningkatkan minat baca di
kalangan pelajar.
4. Menjelaskan manfaat yang dapat diperoleh dengan
meningkatkan minat baca bagi pelajar.
D. Lokasi
Penelitian
Penelitian ini
dilakukan di SMAN 1 JATITUJUH
E. Metode penelitian
Prosedurpengumpulan
Data
Beberapatahapanpengumpulan
data padapenelitianiniadalahsebagaiberikut:
1) Telaahpustaka
Padatahapini,penulismencari
literature ataubacaan
yang menjelaskan pengertiandan fungsi perpustakaan serta standart perpustakaan
yang berkualitas. Literature bias diperolehdaribuku, website, maupunkoran.
2) Observasi Langsung
Pada tahap ini penulis
melakukan penelitian langsung ke lapangan dalam upaya mencari data terkait
penelitian dan tingkat validitasnya tinggi.
3) Pematangankonsep
Padatahapini,
penulisberusahamenelaahdata yang telah terkumpul
4) Penarikankesimpulan
Padatahapini,
Penulis menarik kesimpulan
dari hasil observasi yakni kualitas
perpustakaan yang ada
di SMA Negeri 1 Jatitujuh dan tingkat
minat siswa untuk berkunjung.
BAB
II
KAJIAN
TEORITIS
A. Landasan
Teoritis
Di era globalisasi ini setiap manusia memerlukan
informasi. Informasi menjadi kebutuhan
sehari-hari seperti kebutuhan sembilan bahan pokok, merupakan komoditas
ekonomi, sumber mata pencarian, serta senjata yang efisien dan efektif untuk menghadapi persaingan di era global
yang semakin kompetitif dan berat.
Informasi sebagai kebutuhan artinya harus dipenuhi,
seperti kebutuhan pokok (primer), sejajar dengan kebutuhan pangan, sandang,
papan, pendidikan, dan kesehatan. Informasi menjadi kekuatan, yaitu bagi siapa
yang menguasai informasi, dialah yang dapat mengalahkan persaingan dalam berbagai
bidang. Hanya orang yang mempunyai wawasan dan pengetahuan luas dapat menjawab
pertanyaan soal-soal tes masuk menjadi siswa, mahasiswa, dapat beasiswa, dan
masuk kerja di instansi pemerintah ataupun swasta. Tanpa informasi manusia akan
pasif, tertinggal oleh perkembangan jaman karena tidak mengetahui perkembangan
yang terjadi di sekitarnya.
Perpustakaan sebagai salah satu sumber informasi
mempunyai peran sangat penting. Informasi yang akurat, serta sesuai dengan apa
yang diinginkan pengguna akan sangat membantu pengguna dalam menelusuri
informasi yang dibutuhkan.
Perpustakaan yang baik selalu siap menjawab setiap
persoalan penggunanya, baik dari segi informasi maupun kualitas pelayanannya.
Koleksi bahan pustaka yang memadai kemudian didukung oleh pelayanan pustakawan
yang handal akan menjadi faktor penting dalam kepuasan pengguna dan membantu
pemustaka mendapatkan informasi yang diinginkan.
Pelayanan
bahan pustaka di perpustakaan merupakan ujung tombak dari kegiatan
perpustakaan, pelayanan bahan pustaka sangat mempengaruhi keberhasilan suatu
perpustakaan karena pelayanan bahan pustaka merupakan interaksi langsung antara
pengguna perpustakaan dengan pustakawan.
Dalam hal pelayanan, pustakawan harus mementingkan
kepentingan penggunanya, serta handal dalam mengelola perpustakaan. Dengan
memiliki berbagai kemampuan dan keahlian tersebut seorang pustakawan akan mampu
memberikan pelayanan yang baik kepada penggunanya.
Selain menguasai beberapa keahlian tersebut seorang
pustakawan harus memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Kemampuan
berkomunikasi yang baik akan memudahkan perpustakaan dalam menjalin hubungan
baik dengan pengguna perpustakaan dan dengan perpustakaan lain.
B. Sejarah perpustakaan
Perjalanan perpustakaan diperkirakan sudah ada sejak
5000 tahun yang lalu, perpustakaan memiliki beberapa prinsip yaitu diciptakan
oleh masyarakat, dipelihara oleh masyarakat, terbuka untuk semua orang, harus
berkembang dan pengelolaannya harus orang yang berpendidikan. Perpustakaan
berasal dari kata pustaka yang artinya kitab atau buku. Perpustakaan dalam
bahasa Arab berarti maktabah, bibliotheca (bahasa Italia), bibliotheque (bahasa
Perancis), bibliothek (bahasa Jerman), bibliotheek (bahasa Belanda) Akar kata
library adalah liber (bahasa latin) artinya buku, sedangkan akar kata
bibliotheek adalah biblos yang artinya buku (Yunani), sebagai bentuk lanjut
perkembangan kata ini, dalam kehidupan sehari-hari sering dikenal Bible artinya
Alkitab. Dengan demikian istilah perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku atau
kitab. Jadi tidak mengherankan apabila definisi perpustakaan selalu mengacu
pada buku dan segala. Sebuah perpustakaan mempunyai ciri-ciri dan persyaratan
tertentu seperti tersedianya ruangan atau gedung yang digunakan khusus untuk
perpustakaan, adanya koleksi atau bahan bacaan dan sumber informasi lainnya,
adanya petugas yang menyelenggarakan kegiatan dan melayani pengguna
perpustakaan, adanya komunitas masyarakat pengguna perpustakaan, diterapkan
suatu sistem atau mekanisme tertentu yang merupakan tata cara, prosedur, dan
aturan agar segala sesuatu yang berhubungan dengan kegiatan perpustakaan dapat
berjalan dengan lancar, adanya sarana dan prasarana yang diperlukan antara
lain; meja, gedung, komputer, dan lain-lain
C. Fungsi Perpustakaan di Sekolah
Perpustakaan Sekolah merupakan Perpustakaan yang
berada didalam area sekolah yang tugasnya menyediakan, menata, dan menjaga
kebersihan dan kualitas buku yang tujuannya dijadikan sebagai sarana pendukung
pembelajaran siswa,serta untuk menambah wawasan siswa mengenai barbagai
disiplin-disiplin ilmu dan informasi
1)
Perpustakaan sebagai Fungsi Pendidikan
Perpustakaan memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menambah pengetahuan atau mempelajari kembali materi-materi pelajaran
yang telah diberikan oleh guru dikelas.
2)
Perpustakaan sebagai Fungsi Informasi
Perpustakaan berfungsi sebagai tempat mencari
informasi yang berkenaan dengan pemenuhan rasa ingin tahu siswa dan guru.
3)
Perpustakaan sebagai Fungsi Rekreasi
Perpustakaan memberikan kesempatan kepada siswa dan
guru untuk menikmati bahan yang ada.
4)
Perpustakaan sebagai Fungsi Penelitian
Perpustakaan berfungsi sebagai jawaban terhadap
berbagai pertanyaan ilmiah.
Fungsi Perpustakaan ini diambil dari buku
"Profesi Keguruan", hal: 200, Prof. Soetjipto dan Drs. Raflis Kosasi,
M. Sc, Penerbit: Rineka Cipta.
1. Standar
Perpustakaan Sekolah yang Baik dan Berkualitas
Menurut Drs. Darmono m.Si, dalam bukunya yang
berjudul Perpustakaan Sekolah Sebagai Sumber Belajar Siswa (2007 : 33)
a)
Kelengkapan Buku
Suatu Perpustakaan dikatakan baik dan
berkualitas apabila buku-buku yang ada di dalamnya dapat memenuhi kebutuhan
siswa baik untuk sarana pembelajaran maupun wawasan tambahan, meliputi :
·
Buku Pelajaran Sekolah
·
Buku Ilmu Pengetahuan
·
Buku Cerita atau Fiksi
·
Buku Referens ( Kamus, Ensiklopedia, Atlas, Direktori, Buku Panduan atau
Pedoman, dll)
·
Serial (Majalah dan Koran)
·
Koleksi Pandang Dengar (Audio Visual)
b)
Penataan Buku dan Ruangan
·
Susunan Buku
Susunan Buku diperpustakaan harus
disusun secara sistematis
·
Pengelompokan Buku berdasar bagan DDC
Pengelompokan atau klasifikasi buku
berdasar isi buku atau subjek prinsip dari sistem DDC ini adalah pembagian
Notasi berkembang dari umum ke khusus.
·
Kode Buku
·
Penyusunan Buku di Rak
Meliputi kerapian dan tingkat
keefisienan
c)
Kebersihan
·
Kebersihan Buku (Sampul, tidak dicorat-coret, tidak sobek, basah)
·
Kebersihan Ruang Perpustakaan(tidak ada sampah, buku-buku tidak
berserakan atau tertata rapi, nyaman)
D. Jenis jenis perpustakaan
a) Perpustakaan
Negara
Kebanyakan negara
di dunia mempunyai perpustakaan negaranya sendiri. Perpustakaan negara
memainkan peranan penting dalam membangun dan menyelaras berbagai isu berkaitan
perpustakaan dan profesion pustakawan. Fungsi perpustakaan negara yang penting
adalah sebagai pusat bibliografi negara yaitu ia menyimpan dan mengkatalogkan
semua hasil penerbitan negaranya.
b) Perpustakaan
awam
Perpustakaan awam
termasuk perpustakaan negeri, perpustakaan daerah, dan perpustakaan desa. Ia
berfungsi menyediakan pengkhitmatan serta kemudahan bacaan dan rujukan kepada
penduduk atau komuniti di sekitarnya. Koleksi perpustakaan awam adalah berbagai
dan merangkumi bahan bacaan untuyk semua golongan yaitu anak-anak, remaja dan
dewasa.
c) Perpustakaan
akademik
Perpustakaan
akademik adalah perpustakaan di institusi pengajian tinggi seperti university,
kolej dan maktab. Fungsi perpustakaan akademik menyediakan bahan-bahan untuk
kegunaan para pelajar dan tenaga pengajar di institusinya.
d) Perpustakaan
sekolah
Setiap sekolah
biasanya dilengkapi dengan perpustakaan atau dipanggil pusat sember. Saiz
perpustakaan sekolah kebanyakan adalah kecil dengan koleksi bahan yang
sederhana. Koleksinya terdiri daripada buku-buku rujukan seperti kamus,
ensiklopedia, atlas, dan juga buku cerita.
e) Perpustakaan
khusus
Perpustakaan
khusus adalah perpustakan yang berada di dalam sebuah organisasi ataupun
syarikat. Perpustakaan khusus berfungsi memberikan perkhidmatan kepada pengguna
yaitu mereka yang berada di dalam organisasi itu
BAB
III
METODE
PENELITIAN DAN DESAIN PENELITIAN
A. Pendekatan dan
Desain Penelitian
1. Pendekatan
Penelitian
penelitian ini merupakan penelitian deskriptif-kualitatif.
Fokusnya adalah penggambaran secara menyeluruh tentang bentuk,fungsi, dan
manfaat Olahraga bagi kita. Hal ini sejalan dengan pendapat Bogdan dan Taylor
(1975) dalam Moleong
(2002: 3) yang menyatakan ”metodologi kualitatif” sebagai prosedur
penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan kata lain,
penelitian ini disebut penelitian kualitatif karena merupakan penelitian yang
tidak mengadakan perhitungan.
Penelitian kualitatif harus mempertimbangkan metodologi kualitatif itu
sendiri. Metodologi kualitatif merupakan prosedur yang menghasilkan data
deskriptif berupa data tertulis atau lisan di Sman 1 jatitujuh (Djajasudarma,
2006: 11). Lebih lanjut dijelaskan bahwapendekatan kualitatif yang menggunakan
data lisan suatu bahasa memerlukan informan. Pendekatan yang melibatkan
siswa-siswi Sman 1 Jatitujuh ini diarahkan pada latar dan individu yang
bersangkutan secara holistik sebagai bagian dari satu kesatuan yang utuh. Oleh
karena itu, dalam penelitian Olahraga jumlah informan tidak ditentukan
jumlahnya. Dengan kata lain, jumlah informannya ditentukan sesuai dengan
keperluan penelitian.
2. Sumber dan Jenis
data
Menurut cara memperolehnya :
• Data primer yaitu data yang
dikumpulkan dan diolah sendiri atau seorang atau suatu organisasi langsung dari
obyeknya. Contoh : Mewawancarai langsung penonton bioskop 21 untuk meneliti
preferensi konsumen bioskop.
• Data sekunder yaitu data yang didapat
tidak secara langsung dari objek penelitian. Peneliti mendapatkan data yang
sudah jadi yang dikumpulkan oleh pihak lain dengan berbagai cara atau metode
baik secara komersial maupun non komersial. Contohnya adalah pada peneliti yang
menggunakan data statistik hasil riset dari surat kabar atau majalah.
Menurut sumbernya :
• Data internal adalah data yang
menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam suatu organisasi. Misal : data
keuangan, data pegawai, data produksi, dsb.
• Data eksternal yaitu data yang
menggambarkan suatu keadaan atau kegiatan di luar suatu organisasi. Contohnya
adalah data jumlah penggunaan suatu produk pada konsumen, tingkat preferensi
pelanggan, persebaran penduduk, dan lain sebagainya.
B. Teknik Pengumpulan
data
Metode Pengumpulan Data
Metode Pengumpulan Data merupakan teknik
atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Metode menunjuk suatu cara
sehingga dapat diperlihatkan penggunaannya melalui angket, wawancara,
pengamatan, tes, dkoumentasi dan sebagainya.
Sedangkan Instrumen Pengumpul Data merupakan
alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Karena berupa alat, maka instrumen
dapat berupa lembar cek list, kuesioner (angket terbuka / tertutup), pedoman
wawancara, camera photo dan lainnya
Pengumpulan data dilakukan untuk
memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian.
Tujuan yang diungkapkan dalam bentuk hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap pertanyaan penelitian. Metode pengumpulan data bisa dilakukan dengan
cara:
1. Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah
metode pengmbilan data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang
responden, caranya adalah dengan bercakap-cakap secara tatap muka.Pada
penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara.
Menurut Patton dalam proses wawancara
dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview dilengkapi pedoman
wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tampa
menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang
eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk
mengingatkan interviewer mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga
menjadi daftar pengecek (check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah
dibahas atau ditanyakan. Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan
bagaimana pertanyaan tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat
Tanya, sekaligus menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara
berlangsung (Patton dalam poerwandari, 1998).
2. Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga
melakukan metode observasi. Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi
adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang
tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian.
Dalam penelitian ini observasi
dibutuhkan untuk dapat memehami proses terjadinya wawancara dan hasil wawancara
dapat dipahami dalam konteksnya. Observasi yang akan dilakukan adalah observasi
terhadap subjek, perilaku subjek selama wawancara, interaksi subjek dengan
peneliti dan hal-hal yang dianggap relevan sehingga dapat memberikan data
tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998)
tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam
aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perpektif mereka yang terlihat
dalam kejadian yang diamati tersebut.
Macam-Macam Observasi
a. Observasi Partisipatif
• Peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang diucapkan dan berpartisipasi
dalam aktivitas yang diteliti
b. Observasi Terus Terang atau Tersamar
• Peneliti
berterus terang kepada narasumber bahwa ia sedang melakukan penelitian.
c. Observasi tak Berstruktur
• Dilakukan
dengan tidak Berstruktur karena fokus penelitian belum jelas
3. Angket atau kuesioner (questionnaire)
Angket atau kuesioner merupakan suatu
teknik pengumpulan data secara tidak langsung (peneliti tidak langsung bertanya
jawab dengan responden). Instrumen atau alat pengumpulan datanya juga disebut
angket berisi sejumlah pertnyaan-pertanyaan yang harus dijawab atau direspon
oleh responden. Responden mempunyai kebiasaan untuk memberikan jawaban atau
respon sesuai dengan presepsinya.
Kuesioner merupakan metode penelitian
yang harus dijawab responden untuk menyatakan pandangannya terhadap suatu
persoalan. Sebaiknya pertanyaan dibuat dengan bahasa sederhana yang mudah
dimengerti dan kalimat-kalimat pendek dengan maksud yang jelas. Penggunaan
kuesioner sebagai metode pengumpulan data terdapat beberapa keuntungan,
diantaranya adalah pertanyaan yang akan diajukan pada responden dapat
distandarkan, responden dapat menjawab kuesioner pada waktu luangnya,
pertanyaan yang diajukan dapat dipikirkan terlebih dahulu sehingga jawabannya
dapat dipercaya dibandingkan dengan jawaban secara lisan, serta pertanyaan yang
diajukan akan lebih tepat dan seragam.
Macam-Macam Kuisioner
1. Kuesioner tertutup
Setiap pertanyaan telah disertai
sejumlah pilihan jawaban. Responden hanya memilih jawaban yang paling sesuai.
2. Kuesioner terbuka
Dimana tidak terdapat pilihan jawaban
sehingga responden haru memformulasikan jawabannya sendiri.
3. Kuesioner kombinasi terbuka dan
tertutup
Dimana pertanyaan tertutup kemudian
disusul dengan pertanyaan terbuka.
4. Kuesioner semi terbuka
Pertanyaan yang jawabannya telah
tersusun rapi, tetapi masih ada kemungkinan tambahan jawaban.
C. Langkah-langkah
Penelitian
Langkah-langkah yang harus dilakukan
selama melakukan penelitian ilmiah adalah sebagai berikut:
1. mengidentifikasi dan merumuskan
masalah
Sebelum melaksanakan penelitian ilmiah
perlu dilakukan identifikasi masalah. Proses identifikasi masalah penting
dilakukan agar rumusan masalah menjadi tajam dan sebagai bentuk data awal bahwa
dalam penelitian ilmiah tersebut memang dibutuhkan pemecahan masalah melalui
penelitian. Identifikasi masalah dirumuskan bersesuaian sebagaimana latar
belakang masalah, berdasarkan fakta dan data yang ada di lapangan. Identifikasi
masalah pada umumnya dirumuskan dalam bentuk kalimat deklaratif, sementara
rumusan masalah ditulis dalam bentuk kalimat tanya (berbentuk pertanyaan).
2. melakukan studi pendahuluan
Di dalam penelitian ilmiah, perlu
dilakukan sebuah studi pendahuluan. Peneliti dapat melakukannya dengan
menelusuri dan memahami kajian pustaka untuk bahan penyusun landasan teori yang
dibutuhkan untuk menyusun hipotesis maupun pembahasan hasil penelitian
nantinya. Sebuah penelitian dikatakan bagus apabila didasarkan pada landasan
teori yang kukuh dan relevan. Banyak teori yang bersesuaian dengan penelitian,
namun ternyata kurang relevan. Oleh karena itu, perlu dilakukan usaha
memilah-milah teori yang sesuai. Selain itu studi pendahuluan yang dilakukan
peneliti melalui pengkajian kepustakaan akan dapat membuat penelitian lebih
fokus pada masalah yang diteliti sehingga dapat memudahkan penentuan data apa
yang nantinya akan dibutuhkan.
3. merumuskan hipotesis
Jika menyatakan hipotesis, maka
penelitian ilmiah yang dilakukan peneliti akan lebih fokus terhadap masalah
yang diangkat. Selain itu dengan rumusan hipotesis, seorang peneliti tidak
perlu lagi direpotkan dengan data-data yang seharusnya tidak dibutuhkannya,
karena data yang diambilnya melalui instrumen penelitian hanyalah data-data
yang berkaitan langsung dengan hipotesis. Data-data ini sajalah yang nantinya
akan dianalisis. Hipotesis erat kaitannya dengan anggapan dasar. Anggapan dasar
merupakan kesimpulan yang kebenarannya mutlak sehingga ketika seseorang membaca
suatu anggapan dasar, tidak lagi meragukan kebenarannya.
4. mengidentifikasi variabel dan
definisi operasional variable
Sebuah variabel dalam penelitian ilmiah
adalah fenomena yang akan atau tidak akan terjadi sebagai akibat adanya
fenomena lain. Variabel penelitian sangat perlu ditentukan agar masalah yang
diangkat dalam sebuah penelitian ilmiah menjadi jelas dan terukur. Dalam tahap
selanjutnya, setelah variabel penelitian ditentukan, maka peneliti perlu
membuat definisi operasional variabel itu sesuai dengan maksud atau tujuan
penelitian. Definisi operasional variabel adalah definisi khusus yang dirumuskan
sendiri oleh peneliti. Definisi operasional tidak sama dengan definisi
konseptual yang didasarkan pada teori tertentu.
5. menentukan rancangan dan desain
penelitian
Rancangan penelitian sering pula disebut
sebagai desain penelitian. Rancangan penelitian merupakan prosedur atau
langkah-langkah aplikatif penelitian yang berguna sebagai pedoman dalam
melaksanakan penelitian ilmiah bagi si peneliti yang bersangkutan. Rancangan
penelitian harus ditetapkan secara terbuka sehingga orang lain dapat mengulang
prosedur yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran penelitian ilmiah yang
telah dilakukan peneliti.
6. menentukan dan mengembangkan
instrumen penelitian.
Apakah yang dimaksud dengan instrumen
penelitian? Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan oleh peneliti
untuk mengumpulkan data yang dibutuhkannya. Beragam alat dan teknik pengumpulan
data yang dapat dipilih sesuai dengan tujuan dan jenis penelitian ilmiah yang
dilakukan. Setiap bentuk dan jenis instrumen penelitian memiliki kelebihan dan
kelemahannya masing-masing. Karena itu sebelum menentukan dan mengembangkan
instrumen penelitian, perlu dilakukan pertimbangan-pertimbangan tertentu. Salah
satu kriteria pertimbangan yang dapat dipakai untuk menentukan instrumen
penelitian adalah kesesuaiannya dengan masalah penelitian yang ingin
dipecahkan. Tidak semua alat atau instrumen pengumpul data cocok digunakan
untuk penelitian-penelitian tertentu.
7.
menentukan subjek penelitian
Orang yang terlibat dalam penelitian
ilmiah dan berperan sebagai sumber data disebut subjek penelitian. Seringkali
subjek penelitian berkaitan dengan populasi dan sampel penelitian. Apabila
penelitian ilmiah yang dilakukan menggunakan sampel penelitian dalam sebuah
populasi penelitian, maka peneliti harus berhati-hati dalam menentukannya. Hal
ini dikarenakan, penelitian yang menggunakan sampel sebagai subjek penelitian
akan menyimpulkan hasil penelitian yang berlaku umum terhadap seluruh populasi,
walaupun data yang diambil hanya merupakan sampel yang jumlah jauh lebih kecil
dari populasi penelitian. Pengambilan sampel penelitian yang salah akan
mengarahkan peneliti kepada kesimpulan yang salah pula.Sampel yang dipilih
harus merepsentasikan populasi penelitian.
9.
melaksanakan penelitian
Pelaksanaan penelitian adalah proses
pengumpulan data sesuai dengan desain atau rancangan penelitian yang telah
dibuat. Pelaksanaan penelitian harus dilakukan secara cermat dan hati-hati
karena kan berhubungan dengan data yang dikumpulkan, keabsahan dan kebenaran
data penelitian tentu saja akan menentukan kualitas penelitian yang
dilakukan.Seringkali peneliti saat berada di lapangan dalam melaksanakan
penelitiannya terkecoh oleh beragam data yang sekilas semuanya tampak penting
dan berharga. Peneliti harus fokus pada pemecahan masalah yang telah dirumuskannya
dengan mengacu pengambilan data berdasarkan instrumen penelitian yang telah
dibuatnya secara ketat. Berdasarkan cara pengambilan data terhadap subjek
penelitian, data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu data langsung dan
data tidak langsung. Data langsung adalah data yang diperoleh secara langsung
oleh peneliti dari sumber data (subjek penelitian), sementara data tidak
langsung adalah data yang diperoleh peneliti tanpa berhubungan secara langsung
dengan subjek penelitian yaitu melalui penggunaan media tertentu misalnya
wawancara menggunakan telepon, dan sebagainya.
10. melakukan analisis data
Beragam data yang terkumpul saat
peneliti melaksanakan penelitian ilmiahnya tidak akan mempunyai kana apapun
sebelum dilakukan analisis. Ada beragam alat yang dapat digunakan untuk
melakukan analisis data, bergantung pada jenis data itu sendiri. Bila
penelitian ilmiah yang dilakukan bersifat kuantitatif, maka jenis data akan
bersifat kuantitatif juga. Bila penelitian bersifat kualitatif, maka data yang
diperoleh akan bersifat kualitatif dan selanjutnya perlu diolah menjadi data
kuantitatif. Untuk itu perlu digunakan statistik dalam pengolahan dan analisis
data.
11. merumuskan hasil penelitian dan
pembahasan
Pada hakekatnya merumuskan hasil
penelitian dan melakukan pembahasan adalah kegiatan menjawab pertanyaan atau
rumusan masalah penelitian, sesuai dengan hasil analisis data yang telah
dilakukan. Pada saat melakukan pembahasan, berarti peneliti melakukan
interpretasi dan diskusi hasil penelitian.Hasil penelitian dan pemabahasannya
merupakan inti dari sebuah penelitian ilmiah.Pada penelitian ilmiah dengan
pengajuan hipotesis, maka pada langkah inilah hipotesis itu dinyatakan diterima
atau ditolak dan dibahas mengapa diterima atau ditolak. Bila hasil penelitian
mendukung atau menolak suatu prinsip atau teori, maka dibahas pula mengapa
demikian. Pembahasan penelitian harus dikembalikan kepada teori yang menjadi
sandaran penelitian ilmiah yang telah dilakukan.
12. menyusun laporan penelitian dan
melakukan desiminasi.
Seorang peneliti yang telah melakukan
penelitian ilmiah wajib menyusun laporan hasil penelitiannya. Penyusunan
laporan dan desiminasi hasil penelitian merupakan langkah terakhir dalam
pelaksanaan penelitian ilmiah. Format laporan ilmiah seringkali telah dibakukan
berdasarkan institusi atau pemberi sponsor di mana penelitia itu melakukannya.
Desiminasi dapat dilakukan dalam bentuk seminar atau menuliskannya dalam
jurnal-jurnal penelitian. Ini penting dilakukan agar hasil penelitian diketahui
oleh masyarakat luas (masyarakat ilmiah) dan dapat dipergunakan bila
diperlukan.
D. Tahapan Penelitian
A. Tahap Pra-lapangan
Terdapat enam tahapan yang harus
dilakukan oleh peneliti, ditambah dengan satu pertimbangan yaitu etika
penelitian lapangan. Tahapan-tahapannya adalah sebagai berikut:
1) Menyusun rancangan penelitian
Rancangan penelitian mengatur
sistematika yang akan dilaksanakan dalam penelitian. Memasuki langkah ini
peneliti harus memahami berbagai metode dan teknik penelitian. Metode dan
teknik penelitian disusun menjadi rancangan penelitian. Mutu keluaran
penelitian ditentukan oleh ketepatan rancangan penelitian serta pemahaman dalam
penyusunan teori.
2) Memilih lapangan penelitian.
Pemilihan lapangan penelitian diarahkan
oleh teori substansif yang dirumuskan dalam bentuk hipotesis kerja walaupun
masih tentatif sifatnya. Dalam menentukan lapangan penelitian kita harus
mempelajari dan mendalami fokus serta rumusan lapangan penelitian.
3)
Mengurus Perizinan
Yang harus diketahui oleh peneliti
sebelum melakukan penelitian adalah siapa saja pihak yang berwenang dalam
memberikan izin bagi pelaksanaan penelitian dan juga persyaratan lain yang
diperlukan dalam mengurus perizinan.
4)
Menjajaki dan Menilai Lapangan
Pada tahapan ini, peneliti baru
melakukan orientasi lapangan dan dalam hal-hal tertentu telah menilai keadaan
lapangan. Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengenal segala unsur lingkungan
sosial, fisik, dan keadaan alam supaya peneliti dapat mempersiapkan diri serta
menyiapkan perlengkapan yang diperlukan.
5)
Memilih dan Memanfaatkan Lingkungan
Informan adalah penyelidik dan pemberi
informasi dan data. Seorang peneliti perlu memiliki seorang informan yang
mempunyai banyak pengalaman tentang latar penelitian yang berguna bagi peneliti
dalam mencari dan melengkapi informasi dari penelitiannya.
6) Menyiapkan Perlengkapan Penelitian
Sebelum melakukan penelitian, peneliti
sejauh mungkin sudah menyiapkan segala alat dan perlengkapan penelitian yang
diperlukan sebelum terjun ke dalam kancah penelitian.
7)
Persoalan etika Penelitian
Peneliti hendaknya menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungan, adat kebiasaan, nilai dan norma sosial serta
kebudayaan masyarakat yang menjadi latar
BAB
IV
TEMUAN
PENELITIAN, INTERPRETASI, DAN BAHAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Umum
Objek Penelitian
1. Sejrah
Berdasarkan bukti arkeologis diketahui
bahwa perpustakaan pada awal mulanya
tidak lain berupa kumpulan catatan transaksi niaga. Dengan kata lain, perpustakaan purba tidak lain merupakan
sebuah kemudahan untuk menyimpan catatan
niaga. Karena kegiatan perpustakaan purba tidak lain menyimpan kegiatan niaga
maka ada kemungkinan bahwa perpustakaan dan arsip semula bersumber pada
kegiatan yang sama untuk kemudian terpisah.
Dari kegiatan itu, ternyata bahwa sejak
semula salah satu kegiatan perpustakaan ialah menyimpan produk tulisan
masyarakat sekaligus juga perpustakaan merupakan produk masyarakat karena tak
ada perpustakaan tanpa ada masyarakat.
1.
Sebelum Masehi
Disebutkan diatas bahwa manusia berusaha
mencatat kegiatannya dengan cara memahatkannya pada kayu, batu, dan lempengan.
Lambat laun catatan itu dianggap kurang praktis karena sulit digunakan dan
sukar disimpan. Karena catatan pada batu atau lempengan tanah liat itu dianggap
kurang praktis, manusia berusaha menemukan alat tulis yang lebih baik daripada
alat tulis periode sebelumnya.
Pada sekitar tahun 2500 sebelum Masehi,
orang Mesir mendapatkan sebuah temuan sederhana tapi memiliki pengaruh besar
bagi peradaban manusia, yaitu penemuan bahan tulis berupa papyrus yang dibuat
dari sejenis rumput yang tumbuh di sepanjang sungai Nil. Rumput tersebut
dihaluskan dengan cara ditumbuk lalu diratakan, kemudian dikeringkan dan
digunakan untuk menulis dengan menggunakan pahatan dan tinta. Dari kata papyrus itu berkembanglah istilah paper,
papiere, papiros yang berarti kertas. Penemuan kertas dari rumput papyrus ini dianggap penting bagi manusia
karena serat selulosenya merupakan landasan kimiawi bagi pembuatan kertas zaman
modern.
2.
Sesudah Masehi
Hingga sekitar tahun 700-an Masehi,
papyrus masih digunakan sebagai bahan tulis, kemudian mulai digunakan bahan
lain seperti kulit binatang. Sekitar abad pertama Masehi, sejenis bahan yang
mirip dengan kertas yang kita gunakan saat ini telah ditemukan di Cina. Namun
karena pengetatan yang dilakukan penguasa Cina terhadap semua benda yang keluar
masuk dari Cina maka penemuan kertas itu tidak dikenal di Eropa hingga tahun
1150-an. Sebelum itu, Eropa menggunakan kulit binatang sebagai bahan tulis,
misalnya mereka membuat alat tulis dari kulit kambing, domba, biri-biri, sapi,
dan binatang lain yang disebut parchmen. Parchmen sebenarnya berasal dari kata
“pergamuan” sebuah kota kecil di Asia Kecil tempat parchmen pertama kali
digunakan. Parchmen digunakan untuk bahan tulis sebelum kertas ditemukan. Bahan
tulis lain disebut vellum, tersebut dari kulit sapi atau kambing, digunakan
untuk menulis dan menjilid buku.
Karena Eropa Barat baru mengenal kertas
pada abad ke-12, sedangkan mesin cetak baru dikenal pada abad ke-15 maka
pengembangan perpustakaan berjalan lambat. Ketika kertas sudah dikenal,
sedangkan teknik pencetakan masih primitive, di Eropa Barat dikenal sejenis
terbitan bernama incunabula yang berarti
buku yang dicetak dengan menggunakan teknik bergerak (movable type) sebelum tahun
1501. Pengaruhnya bagi perpustakaan adalah perpustakaan terutama di Eropa hanya
menyimpan naskah tulisan tangan lazim yang disebut “manuskrip”. Makrip ini
umumnya berbentuk gulungan, disebut scroll.
Di Eropa Barat sekitar tahun 1440
tatkala Johann Gutenberg dari kota Mainz, Jerman mencetak buku dengan tipe
cetak gerak. Setiap aksara dilebur ke dalam logam, kemudian dipindah ke dasar
mesin pres lalu diberi tinta. Kemudian ditaruh kertas di atasnya lalu digulung
dengan lempeng pemberat. Sejak penemuan Gutenberg ini (sebenarnya penemuan
untujk kawasan Eropa) pembuatan manuskrip yang semula ditulis tangan, kini
dapat digandakan dengan mesin cetak. Karena teknik pencetakan yang masih
sederhana ini maka hasilnya pun masih sederhana dibandingkan dengan buku cetakan
masa kini. Buku yang diterbitkan semasa ini hingga abad ke-16 dikenal dengan
nama incunabula.
Mesin cetak penemuan Gutenberg kemudian
dikembangkan lagi sehingga mulai abad ke-16 pencetakan buku dalam waktu singkat
mampu menghasilkan ratusan eksemplar. Hasilnya bagi perpustakaan ialah
terjadinya revolusi perpustakaan artinya dalam waktu singkat perpustakaan diisi
dengan buku cetak. Revolusi yang mirip sama terjadi hampir 400 tahun kemudian
ketika buku mulai digantikan bentuk elektronik. Dari Jerman, mesin cetak kemudian tersebar keseluruh
Eropa, kemudian dibawa lagi ke Asia tempat asal usul mesin cetak.
Mesin cetak yang diasosiasikan dengan
buku menimbulkan dampak sosial yang besar. Misalnya, bila sebuah negara berada
di bawah kekuasaan yang mutlak, berbagai
pengarang menulis buku dengan tujuan menentang tirani. Hal ini sering berakhir
dengan pelarangan buku yang menentang kekuasaan, alasan lain menulis buku ialah
untuk mata pencaharian. Banyak orang hidup hanya dari menulis buku saja.
Misalnya, para sastrawan dan penulis
novel. Alasan lain menulis buku ialah melakukan komunikasi formal antara
penulis dengan pembacanya.
2.Sejarah perpustakaan di Indonesia
Sejarah perpustakaan di Indonesia tergolong
masih muda jika dibandingkan dengan negara Eropa dan Arab. Jika kita mengambil
pendapat bahwa sejarah perpustakaan ditandai dengan dikenalnya tulisan, maka
sejarah perpustakaan di Indonesia dapat dimulai pada tahun 400-an yaitu saat
lingga batu dengan tulisan Pallawa ditemukan dari periode Kerajaan Kutai.
Musafir Fa-Hsien dari tahun 414 Menyatakan bahwa di kerajaan Ye-po-ti, yang
sebenarnya kerajaan Tarumanegara banyak dijumpai kaum Brahmana yang tentunya
memerlukan buku atau manuskrip keagamaan yang mungkin disimpan di kediaman
pendeta.
Pada sekitar tahun 695 M, menurut musafir
I-tsing dari Cina, di Ibukota Kerajaan Sriwijaya hidup lebih dari 1000 orang
biksu dengan tugas keagamaan dan mempelajari agama Budha melalui berbagai buku
yang tentu saja disimpan di berbagai biasa. Di pulau Jawa, sejarah perpustakaan
tersebut dimulai pada masa Kerajaan Mataram. Hal ini karena di kerajaan ini
mulai dikenal pujangga keraton yang menulis berbagai karya sastra. Karya-karya
tersebut seperti Sang Hyang Kamahayanikan yang memuat uraian tentang agama
Budha Mahayana. Menyusul kemudian Sembilan parwa sari cerita Mahabharata dan
satu kanda dari epos Ramayana. Juga muncul dua kitab keagamaan yaitu
Brahmandapurana dan Agastyaparwa. Kitab lain yang terkenal adalah Arjuna Wiwaha
yang digubah oleh Mpu Kanwa. Dari uraian tersebut nyata bahwa sudah ada naskah
yang ditulis tangan dalam media daun lontar yang diperuntukkan bagi pembaca
kalangan sangat khusus yaitu kerajaan. Jaman Kerajaan Kediri dikenal beberapa
pujangga dengan karya sastranya. Mereka itu adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh
yang bersama-sama menggubah kitab Bharatayudha. Selain itu Mpu panuluh juga
menggubah kitab Hariwangsa dan kitab Gatotkacasrayya. Selain itu ada Mpu Monaguna
dengan kitab Sumanasantaka dan Mpu Triguna dengan kitam Kresnayana. Semua kitab
itu ditulis diatas daun lontar dengan jumlah yang sangat terbatas dan tetap
berada dalam lingkungan keraton.
Periode berikutnya adalah Kerajaan
Singosari. Pada periode ini tidak dihasilkan naskah terkenal. Kitab Pararaton
yang terkenal itu diduga ditulis setelah keruntuhan kerajaan Singosari. Pada
jaman Majapahit dihasilkan dihasilkan buku Negarakertagama yang ditulis oleh
Mpu Prapanca. Sedangkan Mpu Tantular menulis buku Sutasoma. Pada jaman ini
dihasilkan pula karya-karya lain seperti Kidung Harsawijaya, Kidung Ranggalawe,
Sorandaka, dan Sundayana. Kegiatan penulisan dan penyimpanan naskah masih terus
dilanjutkan oleh para raja dan sultan yang tersebar di Nusantara. Misalnya,
jaman kerajaan Demak, Banten, Mataram, Surakarta Pakualaman, Mangkunegoro,
Cirebon, Demak, Banten, Melayu, Jambi, Mempawah, Makassar, Maluku, dan Sumbawa.
Dari Cerebon diketahui dihasilkan puluhan buku yang ditulis sekitar abad ke-16
dan ke-17. Buku-buku tersebut adalah Pustaka Rajya-rajya & Bumi Nusantara
(25 jilid), Pustaka Praratwan (10 jilid), Pustaka Nagarakretabhumi (12 jilid),
Purwwaka Samatabhuwana (17 jilid), Naskah hukum (2 jilid), Usadha (15 jilid),
Naskah Masasastra (42 jilid), Usana (24 jilid), Kidung (18 jilid), Pustaka
prasasti (35 jilid), Serat Nitrasamaya pantara ning raja-raja (18 jilid),
Carita sang Waliya (20 jilid), dan lainlain. Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa Cirebon merupakan salah satu pusat perbukuan pada masanya. Seperti pada
masa-masa sebelumnya buku-buku tersebut disimpan di istana.
Kedatangan bangsa Barat pada abad ke-16
membawa budaya tersendiri. Perpustakaan mulai didirikan mula-mula untuk tujuan
menunjang program penyebaran agama mereka. Berdasarkan sumber sekunder perpustakaan
paling awal berdiri pada masa ini adalah pada masa VOC (Vereenigde OostJurnal
Indische Compaqnie) yaitu perpustakaan gereja di Batavia (kini Jakarta) yang
dibangun sejak 1624. Namun karena beberapa kesulitan perpustakaan ini baru
diresmikan pada 27 April 1643 dengan penunjukan pustakawan bernama Ds.
(Dominus) Abraham Fierenius. Pada masa inilah perpustakaan tidak lagi
diperuntukkan bagi keluarga kerajaan saja, namun mulai dinikmati oleh
masyarakat umum. Perpustakaan meminjamkan buku untuk perawat rumah sakit
Batavia, bahkan peminjaman buku diperluas sampai ke Semarang dan Juana (Jawa
Tengah). Jadi pada abad ke-17 Indonesia sudah mengenal perluasan jasa
perpustakaan (kini layanan seperti ini disebut dengan pinjam antar perpustakaan
atau interlibrary loan).
Lebih dari seratus tahun kemudian berdiri
perpustakaan khusus di Batavia. Pada tanggal 25 April 1778 berdiri Bataviaasche
Genootschap van Kunsten en Wetenschappen (BGKW) di Batavia. Bersamaan dengan
berdirinya lembaga tersebut berdiri pula perpustakaan lembaga BGKW. Pendirian
perpustakaan lembaga BGKW tersebut diprakarsai oleh Mr. J.C.M. Rademaker, ketua
Raad van Indie (Dewan Hindia Belanda). Ia memprakarsai pengumpulan buku dan
manuskrip untuk koleksi perpustakaannya. Perpustakaan ini kemudian mengeluarkan
katalog buku yang pertama di Indonesia yaitu pada tahun 1846 dengan judul
Bibliotecae Artiumcientiaerumquae Batavia Florest Catalogue Systematicus hasil
suntingan P. Bleeker. Edisi kedua terbit dalam bahasa Belanda pada tahun 1848.
Perpustakaan ini aktif dalam pertukaran bahan perpustakaan. Penerbitan yang
digunakan sebagai bahan pertukaran adalah Tijdschrift voor Indische Taal-,
Land- en Volkenkunde, Verhandelingen van het Bataviaasch Genootschapn van
Kunsten en Wetenschappen, Jaarboek serta Werken buiten de Serie. Karena
prestasinya yang luar biasa dalam meningkatkan ilmu dan kebudayaan, maka
namanya ditambah menjadi Koninklijk Bataviaasch Genootschap van Kunsten en
Wetenschappen. Nama ini kemudian berubah menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia
pada tahun 1950.
Pada tahun 1962 Lembaga Kebudayaan
Indonesia diserahkan kepada Pemerintah Republik Indonesia dan namanyapun diubah
menjadi Museum Pusat. Koleksi perpustakaannya menjadi bagian dari Museum Pusat
dan dikenal dengan Perpustakaan Museum Pusat. Nama Museum Pusat ini kemudian
berubah lagi menjadi Museum Nasional, sedangkan perpustakaannya dikenal dengan
Perpustakaan Museum Nasional. Pada tahun 1980 Perpustakaan Museum Nasional
dilebur ke Pusat Pembinaan Perpustakaan. Perubahan terjadi lagi pada tahun 1989
ketika Pusat Pembinaan Perpustakaan dilebur sebagai bagian dari Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia.
Sesudah pembangunan BKGW, berdirilah
perpustakaan khusus lainnya seiring dengan berdirinya berbagai lembaga
penelitian maupun lembaga pemerintahan lainnya. Sebagai contoh pada tahun 1842
didirikan Bibliotheek’s Lands Plantentuin te Buitenzorg. Pada tahun 1911
namanya berubah menjadi Central Natuurwetenchap-pelijke Bibliotheek van het
Departement van Lanbouw, Nijverheid en Handel. Nama ini kemudian berubah lagi
menjadi Bibliotheca Bogoriensis. Tahun 1962 nama ini berubah lagi menjadi Pusat
Perpustakaan Penelitian Teknik Pertanian, kemudian menjadi Pusat Perpustakaan
Biologi dan Pertanian. Perpustakaan ini berubah nama kembali menjadi
perpustakaan ini bernama Perpustakaan Pusat Pertanian dan Komunikasi
Penelitian. Kini perpustakaan ini bernama Pusat Perpustakaan dan Penyebaran
Hasil-hasil Penelitian.
Setelah periode tanam paksa, pemerintah
Hindia Belanda menjalankan politik etis untuk membalas ?utang? kepada rakyat
Indonesia. Salah satu kegiatan politik etis adalah pembangunan sekolah rakyat.
Dalam bidang perpustakaan sekolah, pemerintah Hindia Belanda mendirikan
Volksbibliotheek atau terjemahan dari perpustakaan rakyat, namun pengertiannya
berbeda dengan pengertian perpustakaan umum. Volksbibliotheek artinya
perpustakaan yang didirikan oleh Volkslectuur (kelak berubah menjadi Balai
Pustaka), sedangkan pengelolaannya diserahkan kepada Volkschool. Volkschool
artinya sekolah rakyat yang menerima tamatan sekolah rendah tingkat dua.
Perpustakaan ini melayani murid dan guru serta menyediakan bahan bacaan bagi
rakyat setempat. Murid tidak dipungut bayaran, sedangkan masyarakat umum
dipungut bayaran untuk setiap buku yang dipinjamnya. Kalau pada tahun 1911 pemerintah
Hindia Belanda mendirikan Hindia Belanda mendirikan Indonesische
Volksblibliotheken, maka pada tahun 1916 didirikan Nederlandsche
Volksblibliotheken yang digabungkan dalam Holland-Inlandsche School (H.I.S).
H.I.S. merupakan sejenis sekolah lanjutan dengan bahasa pengantar Bahasa
Belanda. Tujuan Nederlandsche Volksblibliotheken adalah untuk memenuhi
keperluan bacaan para guru dan murid.
Di Batavia tercatat beberapa sekolah
swasta, diantaranya sekolah milik Tiong Hoa, Hwe Koan, yang memiliki
perpustakaan. Sekolah tersebut menerima bantuan buku dari Commercial Press
(Shanghai) dan Chung Hua Book Co. (Shanghai). Sebenarnya sebelum pemerintah
Hindia Belanda mendirikan perpustakaan sekolah, pihak swasta terlebih dahulu
mendirikan perpustakaan yang mirip dengan pengertian perpustakaan umum dewasa
ini. Pada tahun awal tahun 1910 berdiri Openbare leeszalen. Istilah ini mungkin
dapat diterjemahkan dengan istilah ruang baca umum. Openbare leeszalen ini
didirikan oleh antara lain Loge der Vrijmetselaren, Theosofische Vereeniging,
dan Maatschappij tot Nut van het Algemeen. Perkembangan Perpustakaan Perguruan
Tinggi di Indonesia dimulai pada awal tahun 1920an yaitu mengikuti berdirinya
sekolah tinggi, misalnya seperti Geneeskunde Hoogeschool di Batavia (1927) dan
kemudian juga di Surabaya dengan STOVIA; Technische Hoogescholl di Bandung
(1920), Fakultait van Landbouwwentenschap (er Wijsgebeerte Bitenzorg, 1941),
Rechtshoogeschool di Batavia (1924), dan Fakulteit van Letterkunde di Batavia
(1940).
Setiap sekolah tinggi atau fakultas itu
mempunyai perpustakaan yang terpisah satu sama lain. Pada jaman Hindia Belanda
juga berkembang sejenis perpustakaan komersial yang dikenal dengan nama
Huurbibliotheek atau perpustakaan sewa. Perpustakaan sewa adalah perpustakaan
yang meminjamkan buku kepada kepada pemakainya dengan memungut uang sewa. Pada
saat itu tejadi persaingan antara Volksbibliotheek dengan Huurbibliotheek.
Sungguhpun demikian dalam prakteknya terdapat perbedaan bahan bacaan yang
disediakan. Volksbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan populer
ilmiah, maka perpustakaan Huurbibliotheek lebih banyak menyediakan bahan bacaan
berupa roman dalam bahasa Belanda, Inggris, Perancis, buku remaja serta bacaan
gadis remaja. Disamping penyewaan buku ter-dapat penyewaan naskah, misalnya
penulis Muhammad Bakir pada tahun 1897 mengelola sebuah perpustakaan sewaan di
Pecenongan, Jakarta. Jenis sewa Naskah juga dijumpai di Palembang dan
Banjarmasin. Naskah disewakan pada umumnya dengan biaya tertentu dengan
disertai permohonan kepada pembacanya supaya menangani naskah dengan baik.
Disamping perpustakaan yang didirikan oleh
Pemerintah Hindia Belanda, sebenarnya tercatat juga perpustakaan yang didirikan
oleh orang Indonesia. Pihak Keraton Mangkunegoro mendirikan perpustakaan keraton
sedangkan keraton Yogyakarta mendirikan Radyo Pustoko. Sebagian besar
koleksinya adalah naskah kuno. Koleksi perpustakaan ini tidak dipinjamkan,
namun boleh dibaca di tempat. Pada masa penjajahan Jepang hampir tidak ada
perkembangan perpustakaan yang berarti. Jepang hanya mengamankan beberapa
gedung penting diantaranya Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen.
Selama pendudukan Jepang openbare leeszalen ditutup. Volkbibliotheek dijarah
oleh rakyat dan lenyap dari permukaan bumi. Karena pengamanan yang kuat pada
gedung Bataviaasch Genootschap van Kunten Weetenschappen maka koleksi
perpustakaan ini dapat dipertahankan, dan merupakan cikal bakal dari
Perpustakaan Nasional.
Perkembangan pasca kemerdekaan mungkin
dapat dimulai dari tahun 1950an yang ditandai dengan berdirinya perpustakaan
baru. Pada tanggal 25 Agustus 1950 berdiri perpustakaan Yayasan Bung Hatta
dengan koleksi yang menitikberatkan kepada pengelolaan ilmu pengetahuan dan
kebudayaan Indonesia. Tanggal 7 Juni 1952 perpustakaan Stichting voor culturele
Samenwerking, suatu badan kerjasama kebudayaan antara pemerintah RI dengan
pemerintah Negeri Belanda, diserahkan kepada pemerintah RI. Kemudian oleh
Pemerintah RI diubah menjadi Perpustakaan Sejarah Politik dan Sosial Departemen
P & K.
Dalam rangka usaha melakukan pemberantasan
buta huruf di seluruh pelosok tanah air, telah didirikan Perpustakaan Rakyat
yang bertugas membantu usaha Jawatan Pendidikan Masyarakat melakukan usaha
pemberantasan buta huruf tersebut. Pada periode ini juga lahir perpustakaan
Negara yang berfungsi sebagaiperpustakaan umum dan didirikan di Ibukota
Propinsi. Perpustakaan Negara yang pertama didirikan di Yogyakarta pada tahun
1949, kemudian disusul Ambon (1952); Bandung (1953); Ujung Pandang (1954);
Padang (1956); Palembang (1957); Jakarta (1958); Palangkaraya, Singaraja,
Mataram, Medan, Pekanbaru dan Surabaya (1959). Setelah itu menyusul kemudian
Perpustakaan Nagara di Banjarmasin (1960); Manado (1961); Kupang dan Samarinda
(1964). Perpustakaan Negara ini dikembangkan secara lintas instansional oleh
tiga instansi yaitu Biro Perpustakaan Departemen P & K yang membina secara
teknis, Perwakilan Departemen P & K yang membina secara administratif, dan
Pemerintah Daerah Tingkat Propinsi yang memberikan fasilitas.
3.Temuan penelitian
Kelengkapan Buku
Kelengkapan buku-buku yang ada di SMAN 5
Kediri sudah cukup mencukupi jika dilihat dari jumlah atau banyaknya buku namun
secara kelengkapan (variasi) masih sangat kurang, meliputi :
Buku pelajaran masih sangat kurang
variasinya kebanyakan buku-buku yang ada berasal dari satu sumber.Buku
pengetahuan seperti Ensiklopedia secara jumlah dan variasi masih sangat
sedikit.Buku cerita dan viksi, jumlah yang ada sangat banyak, namun kebanyakan
adalah buku-buku jaman dulu dan sama sehingga kurang menarik minat siswa untuk
membacanya.Buku referens seperti kamus dan atlas jumlahnya masih sedikit.Buku
karya siswa, sangat sedikit dan bukunya kurang perawatan.Buku latihan UAN dan
SPMB kurang banyak variasi.Audio Visual ada namun tidak dipakai, pemanfaatan
kurang.
b)
Penataan Buku dan Ruang
Penataanbukudanruangperpustakaan SMAN 5
Kediri tidakmenarikkarenapenyusunanbukubukunyatidaktersusunsecarasistematis
.Bukubuku yang diletakkan di raksesuaidengankodebukunyadijumpaibuku yang
tidaksesuaidengannamalebel di sampingrakbuku.
Pengelompokanbukunyatidaksesuaidenganbagan DDC
yaituhanyaberdasartempatperpustakaanadakarenaareanyaterbatas
.Sehinggatidakmemungkinkanuntukmenggantiganti
c)
Kebersihan
Secara kebersihan perpustakaan SMAN 5
Kediri masih jauh, karena masih banyak buku-buku yang sampulnya sobek atau
bahkan tidak ada sampulnya, isi buku banyak yang dicoret-coret dan hilang, rak
buku berdebu dan salah satu diantaranya
ada sarang laba-laba, peralatan lain juga banyak yang kotor dan sudah tidak layak
pakai seperti kursi.
d)
Tingkat Minat Siswa
Dari pengamatan kami selama 25 hari
jumlah pengunjung sebanyak 29 Siswa jika dirata-rata setiap harinya jumlah
siswa yang berkunjung ke perpustakaan kurang dari dua siswa dan ternyata tidak
setiap hari perpustakaan SMA Negeri 1 Jatitujuh
dikunjungi siswa,
BAB V
PENUTUP
1 Kesimpulan
Pengertian perpustakaan adalah kumpulan bahan informasi yang terdiri dari
bahan buku/book materials dan bahan nonbuku/nonbook materials yang
disusun dengan sistem tertentu dipersiapkan untuk diambil
manfaatnya/pengertiannya, tidak untuk dimiliki sebagian maupun keseluruhan.
Fungsi
Perpustakaan yaitu untuk penelitian, pendidikan, rekreasi, informasi.
Jenis-jenis Perpustakaan diantaranya yaitu: Perpustakaan negara, Perpustakaan
awam, Perpustakaan akademik, Perpustakaan sekolah dan perpustakaan
khhusus.
Peranan
perpustakaan yakni sebagai pusat sumber informasi, Sebagai Pusat inovasi dan
Sebagai pusat sumber belajar.
Berdasarkan
uraian-uraian yang telah dijelaskan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
tingginya minat baca sangat dibutuhkan oleh setiap orang, terutama bagi
kalangan pelajar. Oleh karena itu dibutuhkan berbagai cara untuk meningkatkan
minat baca di kalangan pelajar ini. Cara tersebut dapat dilakukan melalui
lingkungan sekolah, maupun oleh pelajar itu sendiri. Hal terpenting yang harus
dilakukan oleh pelajar adalah dengan menumbuhkan dan meningkatkan kesadaran
diri akan pentingnya membaca. Karena hal ini akan dapat membawa manfaat yang
sangat besar, terutama bagi pelajar itu sendiri.
2 Saran
Demikian makalah yang kami sajikan, bila
ada kesalahan dalam penulisan juga kekurangan dalam segi pembahasan mohon
dimaklumi. Dengan segala kerendahan hati, kami sebagai penyusun makalah
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen
pembimbing agar dapat memperbaiki makalah selanjutnya.
1. Marilah kita meningkatkan kesadaran
diri untuk membaca. Karena membaca akan memberikan kita manfaat yang sangat
besar.
2. Sebaiknya sekolah membuat program membaca
bagi siswa. Hal ini dimaksudkan untuk mendorong para siswa agar gemar membaca
dan menjadikan membaca sebagai kebutuhan.
3. Perlunya dorongan dari berbagai pihak
untuk meningkatkan minat baca pelajar, terutama oleh pihak keluarga dan
sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
http://izzati-site.blogspot.co.id/2013/11/makalah-perpustakaan-sebagai-sumber.html
https://tartojogja.wordpress.com/makalah/
http://julina9877.blogspot.co.id/2012/12/contoh-karya-ilmiah-sederhana.html
http://rickyefendi-efendi27.blogspot.co.id/2011/05/karya-tulis-perpustakaan.html
http://sdnbatuwangi.blogspot.com/2015/07/karya-ilmiah-s1-perpustakaan.html
http://www.kompasiana.com/nidaulhaq/menelusuri-sejarah-perpustakaan-dari-masa-sebelum-masehi-hingga-yunani-dan-arab_552849c7f17e614e378b45bd